Tuesday, February 3, 2015

Tinjauan Literatur



Sumber arsitektur Tionghoa juga harus ditelusuri lewat literatur dan media tertulis lainnya. Ada dua sumber literatur tentang seni bangunan. Pertama berasal dari para penulis ilmu pengetahuan bangunan yang mana paling menonjol adalah Erh Ya di jaman Chou (1115 SM -–722 SM) dan dinasti Han awal (200 SM). Dia menulis kamus paling mula yang mana terdapat bab khusus tentang bangunan. Beberapa abad kemudian diikuti oleh San Li Thu dengan  buku yang berjudul ilustrasi tiga upacara yang menjadi satu karya yang penting dalam kesusastraan Tionghoa. Dua literatur ini di jaman dinasti Han akhir, digabungkan oleh Cheng Hsuan dan Juan Shen dan diedit oleh Liang Cheng. Pada tahun 600, ilustrasi ditambahkan di buku ini oleh Hsia Hou Fu Lang. Di 770 Chang I melanjutkan penulisan buku ini, tetapi dia lebih menekankan pada perletakan (lay out) secara umum (NEEDHAM, 1971: 80).

Kelompok kedua yang menulis tentang ilmu bangunan adalah para pembangun sendiri yang telah membangun dengan ketrampilan tinggi. Naskah Chou Li, yang dipakai oleh para tukang kayu dan pembangun, mengatakan bahwa mereka harus membangun ibukota-ibukota (Ying Kuo) dan bangunan-bangunan (Ying Shih). Itu termasuk beberapa informasi skematis tentang denah satu kota yang standard, dengan 3 pintu gerbang pada tiap sisi, sembilan jalan-jalan transversal, istana di tengah, pasar di Utara, dan pola jalan yang grid. Bangunan di ukur 9 kaki sebagai panjang satuan (Chiu Chieh Chih Yen), dan lebar jalan 6  kaki sesuai dengan ukuran kereta perang.

Dari kelompok para tukang ini, pada tahun 965 – 995, di awal dinasti Sung, ada seorang ahli bangunan bernama Yu Hao yang menulis sebuah buku berjudul Mung Ching atau petunjuk manual konstruksi kayu. Buku manual ini mendeskripsikan bangunan menjadi tiga unit dasar: Konstruksi atas, tengah dan bawah. Semua di atas balok silang mengikuti unit rangkaian atas yakni atap; semua yang berada di atas lantai mengikuti unit rangkaian tengah; dan segala sesuatu di bawahnya mengikuti unit rangkaian bawah. Pada rangkaian atas Balok silang terbawah haruslah 2,88 kali balok silang yang teratas. Sedang pada rangkaian tengah tinggi kolom adalah 2,44 kali tinggi lantai. Bertahun-tahun setelah Mung Ching tidak ada buku manual  yang baru.

Pada konstruksi dibawah lantai atau yang disebut dengan kaki, terdapat tangga yang dipakai untuk mencapai lantai dari tanah. Selain proporsi ketinggian lantai panggung terhadap tiang, juga ada rasio yang dipakai untuk menentukan kemiringan tangga tadi. Ada tiga macam Tangga, curam, menengah, dan landai. Di istana-istana tiga ramp ini didasarkan pada unit tandu kekaisaran. Tangga yang curam, atau disebut Chun Tao adalah tangga yang mana para penandu harus mengayunkan lengannya dari atas ke bawah selebar-lebarnya dengan rasio kemiringan 3,35. Tangga menengah atau Phing Tao memiliki rasio 2,18. Tangga landai, disebut Man Tao memiliki rasio kemiringan 1,38. Tiga macam tangga ini dipergunakan pada kuil yang mana semakin sakral sebuah bangunan, semakin curam pula tangga ke lantai.

Beberapa tahun kemudian, di tahun 1080 Li Chieh menulis sebuah buku yang sangat penting Ying Tsao Fa Shih (risalat metoda arsitektur). Risalat ini sebenarnya merupakan panduan resmi tentang rekayasa konstruksi yang diterbitkan oleh kementrian pekerjaan umum yang kemudian menjadi sebuah peraturan untuk membangun istana kaisar (NEEDHAM 1971: 85). Sebelum Li Chieh dapat menuliskan pengetahuannya tentang ilmu bangunan, dia belajar dari para tukang kayu dan tukang batu secara lisan dan praktek di lapangan.

Setelah Ying Tsao Fa Shih dari jaman Sung ini, tidak ada lagi tulisan klasik sebagai manual arsitektur yang lebih baik. Misalnya Gikai di tahun 1259 (dinasti Sung) menulis sebuah risalat yang detail-detailnya tidak dapat diterapkan dengan baik.

No comments:

Post a Comment