Sumber
arsitektur Tionghoa juga harus ditelusuri lewat literatur dan media tertulis
lainnya. Ada dua sumber literatur tentang seni bangunan. Pertama berasal dari
para penulis ilmu pengetahuan bangunan yang mana paling menonjol adalah Erh Ya
di jaman Chou (1115 SM -–722 SM) dan dinasti Han awal (200 SM). Dia menulis
kamus paling mula yang mana terdapat bab khusus tentang bangunan. Beberapa abad
kemudian diikuti oleh San Li Thu dengan
buku yang berjudul ilustrasi tiga upacara yang menjadi satu karya yang
penting dalam kesusastraan Tionghoa. Dua literatur ini di jaman dinasti Han
akhir, digabungkan oleh Cheng Hsuan dan Juan Shen dan diedit oleh Liang Cheng.
Pada tahun 600, ilustrasi ditambahkan di buku ini oleh Hsia Hou Fu Lang. Di 770
Chang I melanjutkan penulisan buku ini, tetapi dia lebih menekankan pada
perletakan (lay out) secara umum (NEEDHAM, 1971: 80).
Kelompok kedua yang menulis
tentang ilmu bangunan adalah para pembangun sendiri yang telah membangun dengan
ketrampilan tinggi. Naskah Chou Li, yang dipakai oleh para tukang kayu dan
pembangun, mengatakan bahwa mereka harus membangun ibukota-ibukota (Ying Kuo)
dan bangunan-bangunan (Ying Shih). Itu termasuk beberapa informasi skematis
tentang denah satu kota yang standard, dengan 3 pintu gerbang pada tiap sisi,
sembilan jalan-jalan transversal, istana di tengah, pasar di Utara, dan pola
jalan yang grid. Bangunan di ukur 9 kaki sebagai panjang satuan (Chiu Chieh
Chih Yen), dan lebar jalan 6 kaki sesuai
dengan ukuran kereta perang.
Dari kelompok para tukang ini, pada tahun 965 – 995, di
awal dinasti Sung, ada seorang ahli bangunan bernama Yu Hao yang menulis sebuah
buku berjudul Mung Ching atau petunjuk manual konstruksi kayu. Buku manual ini
mendeskripsikan bangunan menjadi tiga unit dasar: Konstruksi atas, tengah dan
bawah. Semua di atas balok silang mengikuti unit rangkaian atas yakni atap;
semua yang berada di atas lantai mengikuti unit rangkaian tengah; dan segala
sesuatu di bawahnya mengikuti unit rangkaian bawah. Pada rangkaian atas Balok
silang terbawah haruslah 2,88 kali balok silang yang teratas. Sedang pada
rangkaian tengah tinggi kolom adalah 2,44 kali tinggi lantai. Bertahun-tahun
setelah Mung Ching tidak ada buku manual
yang baru.
Pada konstruksi dibawah lantai
atau yang disebut dengan kaki, terdapat tangga yang dipakai untuk mencapai
lantai dari tanah. Selain proporsi ketinggian lantai panggung terhadap tiang,
juga ada rasio yang dipakai untuk menentukan kemiringan tangga tadi. Ada tiga
macam Tangga, curam, menengah, dan landai. Di istana-istana tiga ramp ini
didasarkan pada unit tandu kekaisaran. Tangga yang curam, atau disebut Chun Tao
adalah tangga yang mana para penandu harus mengayunkan lengannya dari atas ke
bawah selebar-lebarnya dengan rasio kemiringan 3,35. Tangga menengah atau Phing
Tao memiliki rasio 2,18. Tangga landai, disebut Man Tao memiliki rasio
kemiringan 1,38. Tiga macam tangga ini dipergunakan pada kuil yang mana semakin
sakral sebuah bangunan, semakin curam pula tangga ke lantai.
Beberapa tahun kemudian, di tahun 1080 Li Chieh menulis
sebuah buku yang sangat penting Ying Tsao Fa Shih (risalat metoda arsitektur).
Risalat ini sebenarnya merupakan panduan resmi tentang rekayasa konstruksi yang
diterbitkan oleh kementrian pekerjaan umum yang kemudian menjadi sebuah peraturan
untuk membangun istana kaisar (NEEDHAM 1971: 85). Sebelum Li Chieh dapat
menuliskan pengetahuannya tentang ilmu bangunan, dia belajar dari para tukang
kayu dan tukang batu secara lisan dan praktek di lapangan.
Setelah Ying Tsao Fa Shih dari jaman Sung ini, tidak ada
lagi tulisan klasik sebagai manual arsitektur yang lebih baik. Misalnya Gikai
di tahun 1259 (dinasti Sung) menulis sebuah risalat yang detail-detailnya tidak
dapat diterapkan dengan baik.
No comments:
Post a Comment