Modermsasi dimulai ketika Belanda melunakkan sikap rasialnya pada
awal abad XX. Modernisasi bagi mereka adalah ada dalam konstelasi yang sama
dengan orang Belanda. Tidak hanya fasih dalam berbahasa Belanda tetapi juga
pakaian mereka, gaya rambut dan akhirnya rumah-rumah mereka harus serupa dengan
rumah orang Belanda. Pembukaan sekolah Tionghoa-Belanda dan dihapuskannya Wijkenstelsel
adalah titik awal menuju konstelasi baru yang tidak lagi dicirikan secara
ketat .aturan keluarga. Wanita Tionghoa yang telah bertahun-tahun inferior
terhadap laki-laki mulai melihat bahwa pendidikan modern tidak pernah bersikap
diskriminatif terhadap mereka. Tentu saja dalam proses transformasi dari
konstelasi tradisional ke gaya hidup Belanda terdapat konflik internal dalam
diri setiap orang sebagai suatu konflik kebudayaan. Sebagai tradisi masih
membatasi masyarakat, mereka cenderung tumpang tindih antara dua kebudayaan
seperti dapat ditemukan dalam skema rumah.
Perkembangan sistem sosial-ekonomi sebagai dampak langsung dari
konstelasi baru telah membuat sistem ekonomi tradisional di dalam masyarakat Tionghoa
tidak dapat menjawab perkembangan ekonomi modern di wilayah perkotaan.
Toko-toko moderen dan besar telah menantang perdagangan tradisional dalam rumah
toko. Semua keputusan diambil dalam lingkungan keluarga harus berkompetisi
dengan kaum prosfesional.
Perkembangan ini didukung oleh fakta bahwa sejak awal abad ini
telah ada orang Tionghoa yang mendapat hak untuk membuka perkebunan dan
beberapa sektor moderen. Perusahaan-perusahaan Tionghoa yang besar memerlukan
manajemen profesional untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan Belanda yang
telah ada jauh sebelum mereka Sebagai konsekuensinya perusahaan-perusahaan Tionghoa
ini niempekerjakan orang-orang dari luar lingkungan keluarga mereka.
Perubahan ini menciptakan persepsi baru tentang kedudukan.
Umumnya, orang-orang Tionghoa lebih suka mempekerjakan dirinya sendiri dalam
menjalankan toko atau perusahan kecil keluarganya. Pada saat itu banyak di
antara mereka lebih suka memperoleh kedudukan di sebuah perusahaan Tionghoa
yang besar. Persepsi ini telah menciptakan diversifikasi kedudukan dan berbagai
profesi seperti jurnalis, pengacara, kepala sekolah, arsitek, kontraktor dan
pekerjaan lain yang membutuhkan ruangan khusus dan tidak informal berada dalam
rumah.
Pekerjaan-pekerjaan baru ini berkantor di rumah konsekuensinya
transformasi dari kedudukan tradisional dirumah toko menjadi diversifikasi
profesi modern telah meaibah pola tempat tinggal dan akhirnya memiliki dampak
langsung pada kelas spasial dalam wilayah perkotaan. Jika pada jaman kuno orang
Tionghoa bekerja didalam gedung sebagai rumah toko, pada jaman modern mereka
bekerja d tempat lain diluar rumah mereka.
Bagian dalam rumah yang dipengaruhi Belanda nampak pada
materialisasi ruang dengan jenis kamar-kamar yang dibedakan satu dengan yang
lainnya, dan ambiguitas antara ruang dalam dan luar yang biasanya didapati
didalam rumah orang Tionghoa telah hilang. Datangnya gaya internasional dengan
kerangka struktur spasial, ruang menjadi tegas dan kongkrit dengan seluruh
koordinatnya yang bergaya Cartesian. Akibatnya rumah-rumah baru kehilangan arah
kosmologinya yang asli. Pararel dengan hal itu, seperti yang dikatakan
Kurosawa, bahwa. tradisi kamar-kariiar multifiingsional berubah menjadi fungsi
tunggal. Ada kamar yang dipakai untuk kamar tidur, kamar makan, dapur dan
hiburan para tamu. Ini adalah pengaruh kuat dari pembagian buaih dari pandangan
orang Eropa (Kurosawa, 1991:36).
Kelompok-kelompok yang berbahasa tertentu masih dapat ditemukan
sampai tahun 1970-an, tetapi saat ini mereka terintegrasi satu sama lain dan
karena generasi muda tidak berbicara bahasa Tionghoa lagi, kelompok-kelompok
ini hampir lenyap. Oleh karena itu indikasi bahwa kelompok masyarakat Tionghoa
yang berbahasa tertentu menduduki jalan tertentu telah hilang. Sebagai contoh,
banyak toko di Pekojan (jalan) menjual bahan-bahan konstruksi dari paku ke
semen (toko besi) bahkan grosir peralatan rumah tangga.
No comments:
Post a Comment