Pendahuluan
Studi komprehensif ini menyoroti jalan sebagai respresentasi
perubahan kultural masyarakat Tionghoa di Semarang. Tulisan ini akan
menempatkan jalan sebagai isu sentral di antara seluruh indikator perubahan
kultural yang terjadi. Penulis tertarik pada Pecinan di semarang karena tiga
alasan; pertama, lokasi Pecinan terletak di wilayah perkotaan dan merupakan
suatu pemukiman lama dengan arsitektur aslinya yang unik yang tidak ditemukan
di pusat-pusat pemukiman lain. Kedua, walaupun telah terjadi dinamika
perkembangan perkotaan di masa kuno, mereka mengalami penderitaan detradisi
yang cepat dan perubahan dari masyarakat tertutup menuju masyarakat
kosmopolitan, dari keluarga tradisional menuju keluarga modern. Ketiga, karena
Masyarakat Tionghoa merupakan kelompok minoritas terbesar yang memiliki
kehidupan politik yang lemah di negeri ini. Mereka berada pada posisi pinggiran
dalam arus utama sejarah Indonesia.
Analisis penulis mengenai kehidupan sehari-hari di jalanan agak
ambigu, yaitu antara gambaran tentang ruang dan peristiwa-peristiwa dalam ruang
itu. Tumpang tindih ini sangat alami karena tidak ada peristiwa tanpa ruang dan
ruang ada karena adanya peristiwa, atau jika tidak hanya akan berupa ruang
geometris yang kosong. Keduanya merupakan manifestasi bagaimana masyarakat Tionghoa
menerjemahkan pandangan dunia mereka dalam aktivitas sosial dan ekonomi.
Penulis percaya bahwa transformasi spasial di Pecinan adalah refleksi dari
perubahan jalan hidup dan pandangan dunia, bahkan juga perilaku politik
pemerintahan terhadap minoritas mi. Penghancuran bagian muka rumah-rumah mereka
dan hilangnya sifat-sifat khusus Masyarakat Tionghoa menunjukkan secara jelas
perubahan kultural masyarakat Tionghoa.
No comments:
Post a Comment