Tuesday, February 3, 2015

Jalan Sebagai Perwujudan Perubahan Kultural Masyarakat Tionghoa Di Semarang



Pendahuluan
Studi komprehensif ini menyoroti jalan sebagai respresentasi perubahan kultural masyarakat Tionghoa di Semarang. Tulisan ini akan menempatkan jalan sebagai isu sentral di antara seluruh indikator perubahan kultural yang terjadi. Penulis tertarik pada Pecinan di semarang karena tiga alasan; pertama, lokasi Pecinan terletak di wilayah perkotaan dan merupakan suatu pemukiman lama dengan arsitektur aslinya yang unik yang tidak ditemukan di pusat-pusat pemukiman lain. Kedua, walaupun telah terjadi dinamika perkembangan perkotaan di masa kuno, mereka mengalami penderitaan detradisi yang cepat dan perubahan dari masyarakat tertutup menuju masyarakat kosmopolitan, dari keluarga tradisional menuju keluarga modern. Ketiga, karena Masyarakat Tionghoa merupakan kelompok minoritas terbesar yang memiliki kehidupan politik yang lemah di negeri ini. Mereka berada pada posisi pinggiran dalam arus utama sejarah Indonesia.
Analisis penulis mengenai kehidupan sehari-hari di jalanan agak ambigu, yaitu antara gambaran tentang ruang dan peristiwa-peristiwa dalam ruang itu. Tumpang tindih ini sangat alami karena tidak ada peristiwa tanpa ruang dan ruang ada karena adanya peristiwa, atau jika tidak hanya akan berupa ruang geometris yang kosong. Keduanya merupakan manifestasi bagaimana masyarakat Tionghoa menerjemahkan pandangan dunia mereka dalam aktivitas sosial dan ekonomi. Penulis percaya bahwa transformasi spasial di Pecinan adalah refleksi dari perubahan jalan hidup dan pandangan dunia, bahkan juga perilaku politik pemerintahan terhadap minoritas mi. Penghancuran bagian muka rumah-rumah mereka dan hilangnya sifat-sifat khusus Masyarakat Tionghoa menunjukkan secara jelas perubahan kultural masyarakat Tionghoa.

No comments:

Post a Comment