Monday, February 2, 2015

Kesimpulan.



Fengshui sebagai teknik perancangan arsitektur harus didasari pandangan bahwa arsitektur adalah prosesi bentuk-bentuk kosmologis. Ia bagaikan prosesi Sampokong dari kelenteng Gang Lombok ke Gedong batu yang terdiri dari berbagai kostum yang berbeda warnanya. Prosesi ini seakan menuju satu titik kesempurnaan yang menunjukkan keseimbangan antara manusia dan alam. Satu prosesi bentuk yang tak dapat ditangkap oleh logika ruang tetapi selalu ada dan memperngaruhi kehidupan manusia. Arsitektur adalah seni yang bergelayut di antara satu juta bentuk dan tak berbentuk dan menjelma dalam ide dan kenyataan. Selain itu arsitektur merupakan dialektika antara im dan Yang, positif dan negatif perpindahan secara horisontal dan vertikal.

Peran Fengshui didalam tata ruang guna mendapatkan lingkungan hunian yang baik telah lama dianut, mengapa tidak kita lakukan sekarang? Seharusnya dalam menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, sebagai program pembangunan pemerintah didaerah urban, bukan hanya membutuhkan analisa-analisa visual demi keindahan saja, tetapi juga memerlukan pertimbangan-pertimbangan Fengshui agar tatanan kota menjadi menenteramkan ( saya memakai istilah tenteram karena mengandung arti sejahtera dan bukan hanya kenyamanan secara fisik).

Uraian diatas menunjukkan bahwa kita belum sepenuhnya tertransformasi ke alam modern yang penuh dengan rasionalisme yang meninggalkan diskursus kesakralan. Apakah hal ini negatif? Tidak! Semua ini menunjukkan bahwa kita tetap hidup dalam prinsip-prinsip ketimuran yang menyatukan diri dengan alam. Kita tetap hidup dalam dunia irasional yang penuh misteri dan takjub akan kebesaran Tuhan.

* * *

No comments:

Post a Comment