Fengshui
sebagai teknik perancangan arsitektur harus didasari pandangan bahwa arsitektur
adalah prosesi bentuk-bentuk kosmologis. Ia bagaikan prosesi Sampokong dari
kelenteng Gang Lombok ke Gedong batu yang terdiri dari berbagai kostum yang
berbeda warnanya. Prosesi ini seakan menuju satu titik kesempurnaan yang
menunjukkan keseimbangan antara manusia dan alam. Satu prosesi bentuk yang tak
dapat ditangkap oleh logika ruang tetapi selalu ada dan memperngaruhi kehidupan
manusia. Arsitektur adalah seni yang bergelayut di antara satu juta bentuk dan
tak berbentuk dan menjelma dalam ide dan kenyataan. Selain itu arsitektur
merupakan dialektika antara im dan Yang, positif dan negatif perpindahan secara
horisontal dan vertikal.
Peran Fengshui didalam tata ruang guna mendapatkan lingkungan hunian yang
baik telah lama dianut, mengapa tidak kita lakukan sekarang? Seharusnya dalam
menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, sebagai program pembangunan
pemerintah didaerah urban, bukan hanya membutuhkan analisa-analisa visual demi
keindahan saja, tetapi juga memerlukan pertimbangan-pertimbangan Fengshui agar tatanan kota menjadi
menenteramkan ( saya memakai istilah tenteram karena mengandung arti sejahtera
dan bukan hanya kenyamanan secara fisik).
Uraian
diatas menunjukkan bahwa kita belum sepenuhnya tertransformasi ke alam modern
yang penuh dengan rasionalisme yang meninggalkan diskursus kesakralan. Apakah
hal ini negatif? Tidak! Semua ini menunjukkan bahwa kita tetap hidup dalam
prinsip-prinsip ketimuran yang menyatukan diri dengan alam. Kita tetap hidup
dalam dunia irasional yang penuh misteri dan takjub akan kebesaran Tuhan.
* * *
No comments:
Post a Comment