Kelenteng Dasun Lasem
Setelah era kemerdekaan, dijaman orde lama (1945-1966) ketika kepala negaranya masih presiden Soekarno, orang Tionghoa mendominasi perdagangan yang tidak hanya eceran termasuk juga eksport dan import yang sebelumnya dikuasai oleh bangsa kulit putih. Sebagai kelanjutan peristiwa bulan Oktober 1965, seperti yang telah disebutkan di pendahuluan, muncul gerakan anti Cina yang demikian kuat. Di Jaman Orde Baru inilah (1966-1998) orang Tionghoa harus melebur kebudayaannya dan didorong untuk berasimilasi dengan warga Pribumi.
Kini jumlah Orang Tionghoa mencapai 5% dari julah penduduk Indonesia
secara keseluruhan. Tetapi jumlah yang kecil ini menguasai 75% dari aset
ekonomi nasional. Pecinan selalu menjadi pusat kota dimana daerah perdagangan berada. 8)
Dapat disimpulkan bahwa sejarah orang Tionghoa di pulau
Jawa adalah sejarah yang sangat tua, mungkin setua kota-kota di pantai
utaranya. Pertama-tama,
sebelum datangnya Belanda, mereka hidup berdampingan dengan kekuatan politik
raja-raja Pribumi. Masa-masa kegelapan muncul setelah
kedatangan bangsa belanda yang menguasai pantai utara Jawa. Mereka menjadi
korban pemerasan, pembunuhan dan kambing hitam dari persoalan politik yang
dihasilkan oleh kolonialisme. Bahkan sampai dijaman orde barupun mereka
menduduki posisi yang sangat lemah didalam percaturan politik di Indonesia. Pada
jaman orde baru keterlibatan mereka didalam urusan politik selalu dihalangai
oleh pemerintah yang secara ekslusif dikuasai oleh golongan Pribumi. Dalam
kondisi politik yang telah berlangsung berabad-abad ini, apa yang terjadi pada
kebudayaan dan arsitektur mereka? Apakah tidak ada akulturasi tingkat yang
besar yang terjadi – satu proses yang mungkin harus dilacak kembali sebelum
masa kolonial yang berdampak pada sejarah yang panjang dari pengaruh timbal
balik dan pertukaran budaya antara orang Tionghoa dan Pribumi? Ataukah orang
Tionghoa demikian eksklusif dan selalu menjadi “yang berbeda di wilayah ini”?
Tapi, yang jelas sejak jaman Reformasi telah terjadi perubahan besar kearah yang positif dalam kehidupan berbangsa
bagi orang Tionghoa.
Walaupun didalam sejarah - menurut Onghokham seorang pakar
sejarah - orang Tionghoa sebagai kelompok tak pernah menguasai politik, banyak
diantaranya sebagai individu mampu tampil dalam posisi penting didalam
pemerintahan kerajaan Jawa. Lagi di tahun 1811, selama periode transisi dari
pemerintah kolonial Belanda ke Inggris,
di Jawa Timur seorang Tionghoa membeli dan kemudian memerintah satu wilayah.
Tak lama setelah itu dia menaikkan pajak yang diberontak oleh rakyatnya. Orang
Tionghoa ini mati didalam pemberintakan tadi. 9)
Berdasarkan kenyataan diatas, argument utama dari tulisan
ini adalah: Orang Tionghoa dengan rumah tokonya dan dengan daerah perbelanjaan
merupakan awalan pembentukan kota yang dikenal sebagai tempat perdagangan, memperantarai
berbagai daerah produksi walaupun tak pernah memerintah daerah permukimannya.
Suasana politik di Jawa pada waktu itu yang melarang orang
Tionghoa memiliki tanah pertanian, memaksa orang - orang Tionghoa menjadi
pedagang yang tangguh. Padahal di tanah leluhurnya mereka adalah petani yang
tergantung pada alam. Walaupun kekuatan ekonomi
mereka sangatlah menonjol, menagap mereka tak pernah ikut memerintah negara
ini?
No comments:
Post a Comment