Tuesday, February 3, 2015

Jaman Kemerdekaan

 Kelenteng Dasun Lasem

Setelah era kemerdekaan, dijaman orde lama (1945-1966) ketika kepala negaranya masih presiden Soekarno, orang Tionghoa mendominasi perdagangan yang tidak hanya eceran termasuk juga eksport dan import yang sebelumnya dikuasai oleh bangsa kulit putih. Sebagai kelanjutan peristiwa bulan Oktober 1965, seperti yang telah disebutkan di pendahuluan, muncul gerakan anti Cina yang demikian kuat. Di Jaman Orde Baru inilah (1966-1998) orang Tionghoa harus melebur kebudayaannya dan didorong untuk berasimilasi dengan warga Pribumi.
Kini jumlah Orang Tionghoa mencapai 5% dari julah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Tetapi jumlah yang kecil ini menguasai 75% dari aset ekonomi nasional. Pecinan selalu menjadi pusat kota dimana daerah perdagangan berada. 8)
Dapat disimpulkan bahwa sejarah orang Tionghoa di pulau Jawa adalah sejarah yang sangat tua, mungkin setua kota-kota di pantai utaranya. Pertama-tama, sebelum datangnya Belanda, mereka hidup berdampingan dengan kekuatan politik raja-raja Pribumi. Masa-masa kegelapan muncul setelah kedatangan bangsa belanda yang menguasai pantai utara Jawa. Mereka menjadi korban pemerasan, pembunuhan dan kambing hitam dari persoalan politik yang dihasilkan oleh kolonialisme. Bahkan sampai dijaman orde barupun mereka menduduki posisi yang sangat lemah didalam percaturan politik di Indonesia. Pada jaman orde baru keterlibatan mereka didalam urusan politik selalu dihalangai oleh pemerintah yang secara ekslusif dikuasai oleh golongan Pribumi. Dalam kondisi politik yang telah berlangsung berabad-abad ini, apa yang terjadi pada kebudayaan dan arsitektur mereka? Apakah tidak ada akulturasi tingkat yang besar yang terjadi – satu proses yang mungkin harus dilacak kembali sebelum masa kolonial yang berdampak pada sejarah yang panjang dari pengaruh timbal balik dan pertukaran budaya antara orang Tionghoa dan Pribumi? Ataukah orang Tionghoa demikian eksklusif dan selalu menjadi “yang berbeda di wilayah ini”? Tapi, yang jelas sejak jaman Reformasi telah terjadi perubahan besar  kearah yang positif dalam kehidupan berbangsa bagi orang Tionghoa.
Walaupun didalam sejarah - menurut Onghokham seorang pakar sejarah - orang Tionghoa sebagai kelompok tak pernah menguasai politik, banyak diantaranya sebagai individu mampu tampil dalam posisi penting didalam pemerintahan kerajaan Jawa. Lagi di tahun 1811, selama periode transisi dari pemerintah kolonial Belanda  ke Inggris, di Jawa Timur seorang Tionghoa membeli dan kemudian memerintah satu wilayah. Tak lama setelah itu dia menaikkan pajak yang diberontak oleh rakyatnya. Orang Tionghoa ini mati didalam pemberintakan tadi. 9)
Berdasarkan kenyataan diatas, argument utama dari tulisan ini adalah: Orang Tionghoa dengan rumah tokonya dan dengan daerah perbelanjaan merupakan awalan pembentukan kota yang dikenal sebagai tempat perdagangan, memperantarai berbagai daerah produksi walaupun tak pernah memerintah daerah permukimannya.
Suasana politik di Jawa pada waktu itu yang melarang orang Tionghoa memiliki tanah pertanian, memaksa orang - orang Tionghoa menjadi pedagang yang tangguh. Padahal di tanah leluhurnya mereka adalah petani yang tergantung pada alam. Walaupun kekuatan ekonomi mereka sangatlah menonjol, menagap mereka tak pernah ikut memerintah negara ini?



8) KOTKIN, 1993; 180.

9) ONGHOKHAM, 1983: 35.

No comments:

Post a Comment