Didalam
kosmologi Tiongkok, Dunia ini merupakan bujur sangkar yang terbagi menjadi
empat bagian dengan putra surga yakni sang kaisar di tengahnya. Empat bagian
dunia ini diasosiasikan dengan simbol binatang, warna, zat dan musim (gambar
2.3). Pusat yang mana putra surga berada diasosiasikan dengan tanah. Bagian
Selatan di asosiasikan dengan musim panas, api dan burung merak merah. Selatan
juga merupakan arah orientasi sang kaisar tatkala duduk di singgasana. Menurut
konstelasi geografi Tiongkok selatan adalah laut Tiongkok selatan yang memberi
kehangatan melalui laut inilah mereka berlayar ke asia
tenggara dan bagian lain dari Dunia.
Bagian
Timur diasosiasikan dengan musim semi, kayu dan naga serta arah datangnya
kehidupan. Memang disebelah Timur daratan Tiongkok adalah lautan pasifik yang
luas dengan beberapa pulau seperti Jepang. Bagian Utara diasosiasikan dengan
musim dingin, air dan kura-kura hitam. Di sebelah Utara daratan Tiongkok adalah
gurun Gobi yang luas dan dingin serta tidak
bersahabat dengan manusia. Bagian Barat diasosiasikan dengan musim gugur, metal
dan macan putih. Di sebelah barat daratan Tiongkok adalah pegunungan Himalaya yang dingin dan sama dengan daerah di utara,
tidak bersahabat dengan manusia. Musim dingin dan musim gugur diasosiasikan
dengan kematian karena ini kuburan di Tiongkok diarahkan ke Utara atau ke barat
sedang rumah diorientasikan ke Selatan.
Konsep
kosmologi tadi diterjemahkan kedalam konsep ruang untuk permukiman yang ideal,
konsep atau dasar pemikiran ini biasa disebut dengan Hongsui. Permukiman yang
paling ideal menurut hongsui adalah di latar belakangi oleh pegunungan atau
perbukitan dan menghadap ke sungai atau ke laut.12)
Pegunungan atau bukit adalah pertahanan terhadap angin yang dapat membawa pergi
semua keberuntungan. Sedang
Laut dan sungai adalah prasarana transportasi bagi orang Tionghoa yang
berdagang di pulau Jawa. Dengan mengorientasikan rumah ke sungai mereka percaya
bahwa keberuntungan akan selalu datang. Jika dihubungkan dengan simbol binatang
kosmologis, Sungai yang di depan rumah adalah burung Merak Merah yang membawa
kemakmuran; di belakang rumah adalah kura-kura hitam; di sebelah kanan duduk
macan putih yang membawa sial dan di sebelah kiri adalah sang naga biru yang
juga membawa keberuntungan. Jika rumah diletakkan pada posisi yang benar pada
rujukan kosmologis ini maka rumah tadi dapat menangkap “Qi” atau nafas hidup
yang mengalir dari sungai (gambar 2.4).
Di dataran rendah
yang jauh dari perbukitan, lokasi yang bagus untuk menangkap “Qi” adalah
di tikungan sungai karena lokasi ini dianggap sebagai pertemuan antara Naga
Biru dan Macan Putih.13) Di
posisi ini tidaklah perlu mengorientasikan rumah ke sungai karena lokasi yang
di kelilingi sungai selalu mampu secara optimal menangkap “Qi” (gambar 2.5).
Sebaliknya, posisi yang salah dapat mengundang
“Sha” (uap beracun) yang akan mengalir ke dalam rumah. “Sha” mengusir
keberuntungan dan membawa kesialan serta menutup nafas kehidupan. “Sha” berada
pada semua garis yang lurus seperti garis wuwungan, garis perbukitan dan garis
jalan di pertigaan. Selain itu juga
berada pada aliran sungai yang tegak lurus dengan sebuah lokasi permukiman.14)
Di sebuah daratan yang tidak dikelilingi sungai,
untuk menghindari “sha”, orang Tionghoa memodifikasi tatanan lansekap dengan
membuat kolam di depan rumahnya dan menanam pohon atau bambu di belakang
rumahnya. 15)
No comments:
Post a Comment