Walaupun sejarah Tiongkok terbentang sepanjang tiga
milenium, tetapi historiografi arsitekturnya terungkap tidak lebih dari satu
abad umurnya.Tidak seperti lukisan dan kaligrafi, arsitektur dalam tradisi
orang Tionghoa tidak diperhitungkan sebagai satu seni (Fine Art) tetapi lebih kepada pertukangan. Profesi arsitek tidak
pernah ada dalam kekaisaran Tiongkok sebagai perencana bangunan seperti halnya
Hipodamus pada kerajaan Yunani ataupun Michaelangelo Buonarroti di Vatikan.
Bangunan baik yang sakral maupun yang profan dibangun oleh para tukang secara
anonim, yang sekaligus juga bertanggung jawab pada pemeliharaan bangunan.
Karena kayu adalah bahan terpenting pada bangunan Tionghoa, maka tugas
pembangunan terletak di pundak para tukang kayu yang keahliannya turun temurun.
Dapat dikatakan bahwa arsitektur Tionghoa adalah kumpulan dari ketrampilan yang
dibangun bukan dari teori tetapi dari praktek para tukang yang tanpa teori.
Ada dua tinjauan penting untuk menguak misteri arsitektur Tionghoa.
Pertama adalah dari tinjauan arkeologis. Dari studi arkeologis terdapat dua
macam struktur kayu yang memberikan perbedaan besar pada perletakan kolom dan
perbedaan sistem penyangga atap. Dua sistem konstruksi tadi adalah Tai Liang
dan Chuan Dou. Dua sistem struktur ini, menurut arkeolog berasal dari dua cara
membangun rumah tinggal. Tailiang berasal dari gua primitif yang berkembang di Tionghoa
Utara dan Chuan Dou berasal dari rumah di atas pohon (Knapp,
1986: 6-7).
Sistem struktur Tai Liang adalah sistem tiang dan balok
yang mana balok terendah diletakkan di atas kolom kearah lebar bangunan. Balok
yang lebih tinggi di dukung oleh tonggak yang berdiri diatas balok dibawahnya.
Gording di letakkan di atas ujung balok yang menyangganya. Kayu wuwngan di
sangga oleh tonggak yang berdiri diatas balok teratas. Dengan panjang balok
balok yang semakin mengecil ke arah atas, terbentuklah satu atap limasan.
Kolom-kolom sendiri diikat dengan balok. Antara kolom dan balok diikat dengan
Tou Kung yang akan di jelaskan di belakang.
Sistem struktur kedua dinamakan Chuan Dou. Sistem ini
memiliki Kolom-kolom yang didirikan kearah tranvesal dan saling di ikat. Di
atas kolom-kolom tadi terdapat gording yang memanjang ke arah longitudinal.
Kolom-kolom tadi tingginya berbeda-beda dan kolom di tengah yang paling tinggi,
sehingga kolom-kolom ini juga membentuk segitiga, penampang atap
limasan,Sejumlah besar tiang diperlukan pada sistem ini, keuntungannya dimensi
kolom lebih kecil dan lebih murah. Sistem ini dipergunakan pertama kali pada
jaman dinasti Han sebagai sistem struktur rumah tinggal yang sederhana. Dalam
banyak kasus orang memakai sistem struktur Chuan Dou sebagai rumah non
permanen, sebelum dapat membangun rumah dengan sistem struktur Tailiang.
No comments:
Post a Comment