Tuesday, February 3, 2015

Catatan Penting



Dimasa lalu, masyarakat Tionghoa di pantai Utara jawa sangatlah heterogen dan terdiri dari dua kelompok besar: Totok dan Peranakan, keduanya memiliki pandangan hidup dan tradisi yang berbeda. Orang Tionghoa Totok dibagi lagi menurut bahasanya. Sebelum orang Totok tadi tiba di Jawa, permukiman kaum peranakan Tionghoa telah ada sehingga para pendatang baru tidak mendirikan permukiman yang baru. Mereka  tingggal di rumah-rumah yang telah ada sehingga antara Tionghoa Totok dan peranakan tak ada perbedaan arsitektur rumahnya.

Dua grup tadi disatukan oleh agama tradisional dan mereka pergi ke kelenteng yang sama. Sampai dengan pertengahan tahun 1960an (sebelum dilarangnya kebudayaan Tionghoa) agama tradisional ini sangat mempengaruhi kehidupan orang Tionghoa. Jika demikian apakah kelenteng didirikan di tempat yang khusus dan dengan orientasi yang khusus pula? Apakah peran kehidupan religius didalam tata ruang rumahnya? Dimanakan tempat untuk menyembah dewa dan arwah leluhur, samakah?

Jarak geografi dan kebudayaan dengan Tiongkok membuat perbedaan tata ruang rumah tradisional dan permukiman orang Tionghoa di daerah ini berbeda dengan di Tiongkok. Di Pulau Jawa, Selatan bukan lagi tempat Merak Merah dimana musim panas datang sebab bagian selatan pulau Jawa adalah daerah pegunungan seperti halnya bagian Timur dan Utara Tiongkok. Bagi orang Tionghoa di Jawa arah Utara bukan lagi diasosiasikan dengan musim dingin dan kura - kura hitam sebab “Utara” di Jawa berarti Lautan seperti halnya arah Selatan di Tiongkok. Bagaimanakah dengan orang Tionghoa di daerah Timurlaut Jawa tengah mengadaptasi terhadap kondisi geografi ini?

Bagi Orang Tionghoa di Timurlaut  Jawa Tengah, agar permukiman mereka dapat menghindari Sha dan menangkap Qi, mereka mempertahankan ide tatanan kosmologis yang mendasari ilmu tata letak bangunan dan permukiman atau biasa disebut dengan Hongshui. Walaupun demikian sangat perlu melihat apa yang terjadi dengan kepercayaan akan tatanan kosmologis setelah orang Tionghoa ini hidup didalam berbagai tekanan politik baik di Jaman kolonial Belanda maupun di jaman orde baru.

No comments:

Post a Comment