Dimasa lalu, masyarakat Tionghoa di pantai Utara
jawa sangatlah heterogen dan terdiri dari dua kelompok besar: Totok dan
Peranakan, keduanya memiliki pandangan hidup dan tradisi yang berbeda. Orang
Tionghoa Totok dibagi lagi menurut bahasanya. Sebelum orang Totok tadi tiba di
Jawa, permukiman kaum peranakan Tionghoa telah ada sehingga para pendatang baru
tidak mendirikan permukiman yang baru. Mereka
tingggal di rumah-rumah yang telah ada sehingga antara Tionghoa Totok
dan peranakan tak ada perbedaan arsitektur rumahnya.
Dua grup tadi disatukan oleh agama tradisional dan
mereka pergi ke kelenteng yang sama. Sampai dengan pertengahan tahun 1960an
(sebelum dilarangnya kebudayaan Tionghoa) agama tradisional ini sangat mempengaruhi
kehidupan orang Tionghoa. Jika demikian apakah kelenteng didirikan di tempat
yang khusus dan dengan orientasi yang khusus pula? Apakah peran kehidupan
religius didalam tata ruang rumahnya? Dimanakan tempat untuk menyembah dewa dan
arwah leluhur, samakah?
Jarak geografi dan kebudayaan dengan Tiongkok
membuat perbedaan tata ruang rumah tradisional dan permukiman orang Tionghoa di
daerah ini berbeda dengan di Tiongkok. Di Pulau Jawa, Selatan bukan lagi tempat
Merak Merah dimana musim panas datang sebab bagian selatan pulau Jawa adalah
daerah pegunungan seperti halnya bagian Timur dan Utara Tiongkok. Bagi orang
Tionghoa di Jawa arah Utara bukan lagi diasosiasikan dengan musim dingin dan
kura - kura hitam sebab “Utara” di Jawa berarti Lautan seperti halnya arah
Selatan di Tiongkok. Bagaimanakah dengan orang Tionghoa di daerah Timurlaut
Jawa tengah mengadaptasi terhadap kondisi geografi ini?
Bagi Orang Tionghoa di Timurlaut Jawa Tengah, agar permukiman mereka dapat
menghindari Sha dan menangkap Qi, mereka mempertahankan ide tatanan kosmologis
yang mendasari ilmu tata letak bangunan dan permukiman atau biasa disebut
dengan Hongshui. Walaupun demikian sangat perlu melihat apa yang terjadi dengan
kepercayaan akan tatanan kosmologis setelah orang Tionghoa ini hidup didalam
berbagai tekanan politik baik di Jaman kolonial Belanda maupun di jaman orde
baru.
No comments:
Post a Comment