Pendahuluan
Suatu ketika seorang dosen
membeli sebuah rumah. Setelah rumah tadi
dihuni, datang ibu mertuanya yang percaya akan Fengshui. Ibu ini menyarankan agar posisi pintu kamar mandi yang
menghadap ke arah jalan diubah. Sebagai seorang dosen yang biasa berpikir
rasional tentu mengatakan bahwa saran tadi tidak perlu sebab tidak ada dasar
ilmiahnya. Tetapi, walaupun saran tadi ditolak oleh sang menantu, ibu mertua
tadi terus-menerus mendesak agar arah pintu kamar mandi diubah karena menurut
dia posisi yang menghadap kejalan akan membawa ketidak beruntungan bagi
keluarga yang tinggal disitu. Perdebatan seperti ini banyak terjadi disekitar
kita, sebagian orang percaya (secara irasional) akan fengshui bahkan dengan mengkonsultasikan rumahnya kepada seorang
yang oleh awam disebut suhu dan
sebagian lagi tidak mempercayainya. Dimanakah sebenarnya titik tolak antara
rasional dan irasional dari fengshui
atau geomancy Tionghoa ini? Bagaimana pula kaitannya dengan urban disain
sebagai satu tatanan lingkungan yang rasional?
Sistimatika pembahasannya dibagi
dalam tiga bagian yakni: Pertama, pengertian tentang ruang dan posisi Fengshui didalam konteks rasional dan
irasional. Kedua, Pembahasan akan diarahkan pada sistem kosmologi Tionghoa
dalam kaitannya dengan urban disain. Ketiga, Analisa Fengshui pada peTionghoan di Semarang sebagai permukiman kuno
kemudian dilanjutkan dengan analisa Fengshui
di Simpang Lima dan Bundaran Tugu Muda sebagai bagian kota Modern. Perbandingan
dengan skematik Kraton – Tugu akan diungkap dibagian ini pula.
No comments:
Post a Comment