Ruang dapat ditilik dari dua pandang. Yang pertama dari sudut
rasional, ruang merupakan kejadian dari karakter, besaran, prosesi kegiatan dan
hubungan fungsional. Secara visual ruang adalah dialektika antara hubungan
exterior dan interior yang berpangkal pada satu as yang kuat, dan dari as
inilah ruang diatur menjadi satu susunan yang simetris maupun tidak simetris.
Secara fenomenologis, ruang
adalah pengalaman subyektif dari penghuninya yang berpengaruh terhadap
kehidupan dan kegiatannya. Rumah yang berada dipinggir jalan raya yang padat
lalu lintas misalnya, halaman depan atau ruang tamu (kalau tidak ada halaman
depan) sebenarnya ruang publik yang tidak memiliki nilai privasi. Suara-suara
klakson dan getaran-getaran kendaraan besar di jalan memang bisa diredam dengan
teknologi bangunan tetapi secara fenomenologis sebenarnya ruang tamu tadi (bahkan ruang-ruang tidur
dibelakangnya) tetap menjadi bagian dari keramaian. Jadi tidak heran jika
penghuni rumah mengalami stress dan memilih tinggal didaerah pingiran kota yang
jauh dari keramaian. Sebaliknya di jalan yang sunyi sebenarnya jalan menjadi
perpanjangan ruang tamu.
Demikian pula dengan
kelenteng-kelenteng di Semarang. Disini kalau kita lihat bahwa jalan dan
halaman kelenteng dibatasi oleh pagar (atau tembok) tetapi secara fenomenologis
sangat terasa sekali bahwa jalan di depan rumah ibadat ini merupakan
perpanjangan dari altar sembahyang sehingga tidak menjadi masalah untuk
mengadakan kegiatan disana.
Yang kedua, dari sudut pandang
irasional, ruang merupakan manifestasi kosmologi, kepercayaan masyarakat
terhadap jagadnya. As dari ruang irasional ini biasanya merupakan untaian
penghubung dari tatanan makro antara gunung dan laut sampai dengan interior –
exterior yang sangat mikro. Didalam masyarakat Tionghoa, selain manifetasi
kosmologis, ruang juga menjadi curahan kepercayaan yang tergolong dalam kosmologi
terapan. Pada kosmologi terapan ini, orientasi rumah, susunan ruang bahkan
orientasi pintu menjadi esensial didalam menangkap Qi (nafas alam) yang penting bagi kelangsungan hidup penghuninya.
Kenyataan yang kita hadapi,
konsep ruang irasional semakin hilang didalam disain rumah modern. Tetapi,
masyarakat masih tetap membutuhkannya karena masih banyak (tidak tahu berapa
persen) yang mempercayainya. Karena masyarakat masih percaya akan hal-hal yang
irasional akibatnya mereka pergi ke ahli Fengshui
untuk berkonsultasi. Mengapa? Makna keseluruhan keberadaan ruang terletak
dibalik segala kekuatan manifestasi dari yang nampak (kasat mata) sebab yang
kasat mata hanyalah alat untuk mengekspresikan segala sesuatu yang tak nampak
untuk dimengerti seperti halnya orang mencoba mengerti perasaan keindahan.
Mungkinkah ruang abstrak dari kosmologi terapan ini dirasionalkan sehingga
didapat panutan yang dapat diprogramkan? 2)
Menjadi logis untuk mengatakan
bahwa ruang didalam sebuah komposisi ditentukan bukan hanya kegiatan dan
frekuensi kegiatan tetapi juga segala potensi yang tidak kasat mata. Dengan
pendapat ini, sebelum bentuk-bentuk arsitektonik diletakkan didalam ruang, ada
berbagai keadaan alam yang harus ditransformasi. Mengapa? Segala makna yang
dapat ditangkap oleh panca indra (baca rasional) merupakan transmisi yang
sangat terbatas oleh oleh imajinasi manusia (arsitek) sedang transformasi yang
ada di alam merupakan bentuk dan makna yang tidak terbatas.
2) CHANG, 1956:22.
No comments:
Post a Comment