Tuesday, February 3, 2015

Kesimpulan

Jalan Dasun No 5 Lasem


Berbicara mengenai arsitektur Tionghoa, seharusnya kita tidak berbicara mengenai bentuk dan ruang yang terwujud dalam obyek arsitektur. Arsitektur Tionghoa tidak mengenal bentuk seperti halnya arsitektur modern yang membentuk satu karakter ruang lewat pengaturan bentuk bangunan. Arsitektur tradisional Tionghoa merupakan ekspresi bentuk atap yang merupakan wujud keseluruhan struktur bangunan dimana setiap bentuk atap memiliki maknanya sendiri. Sebagai ganti dari analisa bentuk dan ruang, arsitektur Tionghoa ditilik dari solid dan void dari sebuah ruang horisontal. Sebagai konsekuensi, tentunya berbicara soal proporsipun kita tidak mungkin menganalisanya melalui angka-angka seperti halnya arsitektur di Eropa secara rasional saja!

Arsitektur Tionghoa mencerminkan kegeniusan manusia mengkombinasi sisi rasional dan romantik. Mengharmonisasi antara sisi intelektual dan emosi. Mengawinkan pengetahuan pembangunan gedung dan seni tata ruang luar. Mensintesa pola arsitektur dan cenderung menyatukan pekerjaan orang pada sintesa yang lebih luas.

Dari berbagai arsitektur bangunan yang ada di Indonesia, baik bangunan tradisional di daerah pedesaan sampai ke keraton, maupun arsitektur di perkotaan seperti arsitektur kolonial maupun arsitektur Tionghoa, hanya yang terakhirlah yang jarang sekali didiskusikan oleh para akademisi maupun para profesional. Pada konggres IAI ke II tahun 1982 di Universitas Gajah Mada dengan mengambil tema menuju arsitektur Indonesia, berbagai arsitektur tradisional dibicarakan termasuk juga arsitektur kolonial. Banyak orang mengenal arsitek Thomas Karsten dan maha karyanya kota-kota di Jawa, bahkan orang Indonesia mengenal baik akan arsitektur abad pertengahan Eropa, tetapi minim sekali pengetahuan akan arsitektur Pecinan di Jawa.

Terlebih-lebih di jaman Presiden Soeharto berkuasa yang mana segala sesuatu yang mengidentitaskan sebagai Tionghoa dituding menggangu stabilitas Nasional, tidak ada seorang arsitekpun yang berani bicara tentang arsitektur Tionghoa di Jawa. Ironisnya arsitektur ini adalah arsitektur lokal yang berbeda dengan arsitektur Tionghoa di Tiongkok.

Penulis percaya bahwa arsitektur Tionghoa di Indonesia adalah arsitektur Indonesia. Dia bukan hanya milik orang keturunan Tionghoa, tetapi milik siapa saja yang mencintai tanah airnya. Arsitektur Tionghoa di Indonesia adalah bagian dari narasi sejarah kebudayaan bangsa ini yang sudah sepatutnya kita pelajari bersama dan diajarkan kepada anak-cucu kita.

No comments:

Post a Comment